BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
“Like parents, like children”. Begitulah pepatah yang menyatakan bahwa seorang anak
umumnya memiliki kemiripan dengan orang tuanya. Secara biologis, pepatah tersebut ilmiah karena seorang
anak selalu mewarisi gen dari kedua orang tuanya. Gen tersebutlah yang membawa sifat-sifat tertentu, baik
yang tampak secara fisik maupun yang tidak tampak secara fisik. Prinsip tentang
gen dan pewarisan sifat modern pertama kali dikemukakan oleh Gregor Johnn
Mendel. Mendel mempelajari sifat yang diturunkan pada
tanaman buncis dan menemukan teori persilangan untuk gen-gen yang independen. Teori tersebut
menyatakan bahwa gen dari anak merupakan perpaduan (persilangan) dari gen-gen
dari kedua orang tuanya.
Pewarisan sifat dan
kombinasi antargen, tak jarang menghasilkan gen yang kurang diinginkan, seperti
gen hemofilia dan albinisme. Gen yang kurang diinginkan tersebut dapat dihindari
dengan mempelajari pohon keluarga yang merepresentasikan pewarisan sifat antar
generasi. Penurunan sifat dapat terjadi melalui perkawinan antara dua individu
sejenis. Perkawinan antara dua individu sejenis yang mempunyai sifat beda
disebut persilangan. Sifat beda ditentukan oleh gen di dalam kromosom yang di
turunkan dari generasi ke generasi berikutnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan hereditas?
2. Apa
sajakah istilah-istilah dalam hereditas?
3. Apa
bunyi dan bagaimanakah cara penerapan hukum mendel?
4. Apa
sajakah yang termasuk kedalam penyimpangan semu hukum mendel?
5. Bagaimanakah
pola-pola hereditas?
6. Apa
dan Bagaimanakah hereditas pada manusia itu diwariskan?
7. Bagaimana
cara menghindari kelainan yang bersifat menurun pada manusia?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui apa itu hereditas.
2. Untuk
mengetahui beberapa istilah dalam hereditas.
3. Untuk
mengetahui bunyi dan penerapan hukum mendel.
4. Untuk
mengetahui berbagai jenis penyimpangan hukum mendel.
5. Untuk mengetahui pola-pola hereditas.
6. Untuk
mengetahui hereditas pada manusia.
7. Untuk
mengetahui cara menghindari kelainan yang bersifat menurun pada manusia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hereditas
Hereditas adalah penurunan sifat dari induk kepada
keturunannya. Dimana keturunan yang dihasilkan dari
perkawinan antar individu mempunyai perbandingan fenotip maupun genotip yang mengikuti
aturan tertentu. Aturan-aturan dalam pewarisan sifat ini disebut pola-pola hereditas.
B. Istilah-istilah dalam Hereditas
1. Sel
Haploid dan Diploid
Yaitu
sel yang memiliki kromosom dalam keadaan berpasangan atau
sel yang memiliki dua set atau dua perangkat kromosom. Misalnya sel tubuh
manusia memiliki 46 buah kromosom yang selalu dalam keadaan berpasangan
sehingga disebut diploid (2n) (di berarti dua, ploid berarti set/ perangkat).
Sedangkan sel kelamin manusia memiliki kromosom tidak
berpasangan . Hal ini terjadi karena pada saat pembentukan sel kelamin, sel
induk yang bersifat diploid membelah secara meiosis, sehingga sel kelamin
anaknya hanya mewarisi setengah dari kromosom induknya. Maka dalam sel kelamin
(gamet) manusia terdapat 23 kromosom yang tidak berpasangan atau hanya memiliki
seperangkat atau satu set kromosom saja, disebut haploid (n).
2. Genotip
Genotipe adalah susunan gen yang menentukan sifat dasar
suatu makhluk hidup dan bersifat tetap. Dalam genetika genotip ditulis dengan
menggunakan simbol huruf dari huruf paling depan dari sifat yang dimiliki oleh
individu. Setiap karakter sifat yang dimiliki oleh suatu individu dikendalikan
oleh sepasang gen yang membentuk alel. Sehingga dalam genetika simbol genotip
ditulis dengan dua huruf. Jika sifat tersebut dominan, maka penulisannya
menggunakan huruf kapital dan jika sifatnya resesif ditulis dengan huruf kecil.
Genotip yang memiliki pasangan alel sama, misalnya BB atau bb, merupakan
pasangan alel yang homozigot. Individu dengan genotip BB disebut homozigot
dominan, sedangkan individu dengan genotip bb disebut homozigot resesif .Untuk
genotip yang memiliki pasangan alel berbeda misalnya Bb, merupakan pasangan alel yang heterozigot.
3. Fenotip
Fenotip adalah sifat yang tampak pada suatu individu dan
dapat diamati dengan panca indra, misalnya warna bunga merah, rambut keriting,
tubuh besar, buah rasa manis, dan sebagainya. Fenotip merupakan perpaduan dari
genotip dan faktor lingkungan. Sehingga suatu individu dengan fenotip sama
belum tentu mempunyai genotip sama.
4. Sifat
dominan
Gen dikatakan dominan apabila gen tersebut bersama dengan
gen lain (gen pasangannya), akan menutup peran/sifat gen pasangannya tersebut.
Dalam persilangan gen, dominan ditulis dengan huruf besar.
5. Sifat
Resesif
Gen dikatakan resesif apabila berpasangan dengan gen lain
yang dominan ia akan tertutup sifatnya (tidak muncul) tetapi jika ia bersama
gen resesif lainnya (alelanya) sifatnya akan muncul. Dalam genetika gen resesif
ditulis dengan huruf kecil.
6. Intermediet
Intermediet adalah sifat suatu individu yang merupakan gabungan
dari sifat kedua induknya. Hal ini dapat terjadi karena sifat kedua induk yang
muncul sama kuat (kodominan). Misalnya bunga warna merah disilangkan dengan
bunga warna putih, menghasilkan keturunan berwarna merah muda.
7. Hibrid
Hibrid adalah hasil perkawinan antara dua individu yang
memiliki sifat beda. Bila individu tersebut memiliki satu sifat beda disebut
monohibrid, dua sifat beda disebut dihibrid, tiga sifat beda trihibrid, dan
sebagainya.
8. Homozigot
Adalah pasangan gen yang sama. Homozigot dibedakan
menjadi dua, yaitu homozigot dominan (Misal AA) dan homozigot resesif (Misal
aa).
9. Heterozigot
Adalah pasangan gen yang berlainan. Contoh Aa dan Mm.
10. Alel
Adalah gen yang merupakan pasangan dari bentuk alternatif
terhadap sesamanya dan terletak pada lokus yang bersesuaian pada kromosom
homolog. Contoh : Bb, B adalah alel dari b, dan b adalah alel dari B.
11. Parental
Adalah
individu yang merupakan induk, biasanya diberi notasi P.
12. Filial
Adalah
keturunan yang dihasilkan dari persilangan dua induk dan biasanya diberi notasi
F.
C. Hukum Mendel
Orang yang pertama mempelajari dan melakukan
percobaan tentang pewarisan sifat adalah Gregor Johann Mendel (1822-1884). Mendel
melakukan percobaan pada tanaman kacang ercis (Pisum sativum) sekitar
tahun 1857. Mendel memilih tanaman ercis untuk percobaannya sebab tanaman ercis
masa hidupnya tidak lama hanya berkisar setahun, mudah tumbuh, memiliki bunga
sempurna sehingga dapat terjadi penyerbukan sendiri yang akan menghasilkan
galur murni (keturunan yang selalu memiliki sifat yang sama dengan induknya),
dan mampu menghasilkan banyak keturunan.
Berdasarkan analisis hasil percobaannya, Mendel
mengemukakan hukum-hukum pewarisan sifat. Hukum-hukum itu adalah Hukum Mendel I
(Segregasi bebas) dan Hukum Mendel II ( Asortasi Bebas).
1. Hukum
Mendel I
Menyatakan bahwa pada waktu pembentukan gamet,
terjadi pemisahan alel secara acak (The Law of Segregation of Allelic Genes).
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, gen merupakan bagian dari DNA yang
terdapat dalam kromosom. Pasangan kromosom homolog mengandung pasangan gen
(terdiri dari 2 alel). Pada pembentukan gamet secara meiosis, pasangan-pasangan
gen pada kromosom homolog saling berpisah (tahap Anafase). Pada akhir meiosis,
setiap sel gamet yang dihasilkan hanya memiliki satu alel dari pasangan gen
saja (pelajari kembali tentang gametogenesis). Proses pemisahan gen inilah yang
disebut segregasi gen.
Hukum ini diperoleh dari hasil perkawinan monohibrid,
yaitu persilangan dengan satu sifat beda. Mendel melakukan persilangan antara
tanaman ercis biji bulat dengan tanaman ercis biji berkerut.Hasilnya semua
keturunan F1 berupa tanaman ercis biji bulat. Selanjutnya dilakukan persilangan
antar keturunan F1 untuk mendapatkan keturunan F2. Pada keturunan F2 didapatkan
perbandingan fenotip 3 biji bulat : 1 biji berkerut.
P1 : ♀ BB × ♂ bb
(biji bulat) (biji keriput)
Gamet : B b
F 1 : Bb
( biji bulat)
F1 x F1 : ♀ Bb × ♂ Bb
(biji bulat) ( biji bulat)
Gamet :
B
B
b
b
F2 :
♂
♀
|
B
|
b
|
B
|
BB
bulat
|
Bb
bulat
|
B
|
Bb
bulat
|
Bb
keriput
|
Perbandingan
fenotip bulat : berkerut = 3 : 1
Perbandingan
genotip BB : Bb : bb = 1 : 2 : 1
Berdasarkan hasil perkawinan yang diperoleh dalam percobaannya,
Mendel menyimpulkan bahwa pada waktu pembentukan gamet-gamet, gen akan
mengalami segregasi (memisah) sehingga setiap gamet hanya akan menerima sebuah
gen saja. Kesimpulan itu dirumuskan sebagai hukumI Mendel yang dikenal juga dengan hukum Pemisahan Gen yang Sealel.
2. Hukum
Mendel II
Hukum Mendel II dikenal sebagai Hukum Asortasi, hukum berpasangan atau
penggabungan secara bebas (The Law of Independent Assortment of Genes). Hukum ini menyatakan bahwa pada saat pembentukan
sel-sel gamet, gen-gen yang tidak sealel akan mengelompok secara bebas setelah
memisah dari gen yang sealel. Gen untuk satu sifat/karakter tidak akan
berpengaruh pada gen untuk sifat/karakter yang lain yang tidak sealel karena gen-gen
yang bukan alelnya mempunyai karakter yang berbeda.
Hukum Mendel ini
ditemukan ketika Mendel menyilangkan kacang ercis dengan mengamati lebih dari
satu sifat beda. Disilangkan galur murni kacang ercis berbiji bulat kuning dengan
galur murni kacang ercis berbiji keriput warna hijau. Persilangan dengan
mengamati dua sifat beda ini disebut persilangan dihibrid. Bulat (B) dominan
terhadap keriput (b), kuning (K) dominan terhadap hijau (h). Diperoleh
keturunan F1 semuanya berbiji bulat warna kuning (BbKk). Jika F1 mengadakan
penyerbukan sesamanya diperoleh F2, ternyatadiperoleh keturunan F2 yang sebagian
tidak sama dengan induknya, yaitu dijumpai tanaman kacang ercis berbiji bulat warna
hijau serta kacang ercis berbiji keriput warna kuning. Perhatikan skema
persilangan berikut.
P1 : ♀ BBKK × ♂ bbkk
(bulat kuning) (keriput hijau)
Gamet : BK bk
F 1 : BbKk
(bulat kuning)
F1 x F2 : ♀ BbKk × ♂ BbKk
(bulat
kuning) (bulat
kuning)
Gamet : BK, Bk, bK, bk BK, Bk, bK,bk
F2 :
♂
♀
|
BK
|
Bk
|
bK
|
bk
|
BK
|
BBKK
Bulat kuning
|
BBKk
Bulat kuning
|
BbKK
Bulat kuning
|
BbKk
Bulat kuning
|
Bk
|
BBKk
Bulat kuning
|
BBkk
Bulat hijau
|
BbKk
Bulat kuning
|
Bbkk
Bulat hijau
|
bK
|
BbKK
Bulat kuning
|
BbKk
Bulat kuning
|
bbKK
keriput kuning
|
bbKk
keriput kuning
|
Bk
|
BbKk
Bulat kuning
|
Bbkk
Bulat hijau
|
bbKk
keriput kuning
|
Bbkk
Keriput hijau
|
Dari persilangan di atas didapatkan bahwa pada F2
hasil persilangan dihibrid memiliki fenotipe bulat kuning, bulat hijau, keriput
kuning, kisut hijau dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Mendel menganggap bahwa
pada saat pembentukan gamet gen-gen akan memisahkan dari alelnya lalu
mengelompok dengan gen-gen yang tidak sealel. Inilah yang disebut dengan Hukum
Asortasi Bebas atau Hukum Mendel II.
Gen B bisa mengelompok dengan gen K, membentuk gamet
tipe BK. Gen B bisa pula mengelompok dengan gen k, membentuk gamet tipe Bk. Gen
b bisa mengelompok dengan gen K, membentuk gamet tipe bK. Gen b bisa
mengelompok dengan gen k, membentuk gamet tipe bk.
D.
Penyimpangan
Semu Hukum Mendel
Mendel mengemukakan bahwa perbandingan fenotipe F2 pada
dihibrid adalah 9 : 3 : 3 : 1. Namun, Pada kasus tertentu dijumpai perbandingan
fenotipe yang menyimpang misalnya 9 : 3 : 4, 12 : 3 : 1, 15 : 1 dan 9 : 7.
Tetapi jika dicermati angka-angka itu sesungguhnya merupakan variasi
penjumlahan dari angka-angka yang ditemukan Mendel. Misalnya 9 : 3 : (3 + 1) = 9
: 3 : 4, (9 + 3) : 3 : 1 = 12 : 3 : 1 dan sebagainya. Hal inilah yang disebut penyimpangan semu Hukum Mendel.
Penyimpangan tersebut terjadi karena adanya beberapa
gen yang saling memengaruhi dalam menghasilkan fenotip. Meskipun demikian, perbandingan
fenotip tersebut masih mengikuti prinsip-prinsip Hukum Mendel. Penyimpangan
semu Hukum Mendel tersebut meliputi interaksi gen, kriptomeri, polimeri,
epistasis-hipostasis, gen-gen komplementer, gen dominan rangkap dan gen
penghambat.
1. Interaksi
gen ( Atavisme)
Penelitian tentang adanya interaksi gen ini
ditemukan oleh William Bateson (1861-1926)
dan R.C. Punnet. Pada interaksi gen
ini, suatu sifat tidak ditentukan oleh satu gen tunggal pada autosom tetapi
alel-alel dari gen yang berbeda dapat berinteraksi atau saling memengaruhi
dalam memunculkan sifat fenotip. Misalnya, pada ayam dijumpai empat macam
bentuk pial (jengger),antara lain: jengger berbentuk ercis atau biji (pea)
dengan genotip rrP-; jengger dengan
belah atau tunggal (single) dengan genotip rrpp, jengger berbentuk mawar
atau gerigi (rose) dengan genotip R-pp, dan jengger berbentuk sumpel (walnut),
dengan genotip R-P-.
Pada persilangan ayam berpial rose (mawar)
dengan ayam berpial pea (biji), semua keturunan F1nya berpial walnut (sumpel).
Dari persilangan tersebut dihasilkan fenotip baru yaitu walnut atau
sumpel. Apa yang menyebabkan terbentuknya pial walnut? Pial walnut
muncul karena interaksi 2 pasang alel (gen) yang dominan. Sementara itu,
persilangan antara sesama ayam berpial walnut dihasilkan 4 macam pial yaitu walnut,
rose, pea, dan 1 pial yang baru yaitu single dengan
perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Pial tunggal terjadi karena adanya 2 pasang alel
(gen) yang resesif.
2. Kriptomeri
Kriptos (Yunani) berarti tersembunyi, sehingga kriptomeri dikatakan sebagai gen
dominan yang seolah-olah tersembunyi jika berdiri sendiri dan akan tampak
pengaruhnya apabila bersama-sama dengan gen dominan yang lainnya. Peristiwa
kriptomeri ini pertama kali ditemukan oleh Correns (Tahun 1912) setelah menyilangkan bunga Linaria
marocanna berwarna merah (Aabb), dengan bunga Linaria maroccana berwarna
putih (aaBB). Keturunan F1nya adalah bunga berwarna ungu (AaBb) yang berbeda
dengan warna dari bunga kedua induknya (yaitu merah dan putih). Rasio fenotip
F2nya adalah 9 ungu: 3 merah: 4 putih.
Lantas dari manakah warna ungu tersebut timbul? Dari
hasil penelitian plasma sel, ternyata warna merah disebabkan oleh adanya pigmen
antosianin dalam lingkungan asam. Dalam lingkungan basa, pigmen ini akan
memberikan warna ungu. Jika di dalam plasma tidak terdapat pigmen antosianin,
baik di dalam lingkungan asam atau basa, maka akan terbentuk warna putih.
Faktor A, apabila mengandung pigmen antosianin dalam plasma sel dan faktor a
jika tidak ada antosianin dalam plasma sel. Faktor B, apabila kondisi basa dan
b dalam kondisi asam. Sifat A dominan terhadap a dan sifat B dominan terhadap
sifat b. Oleh karena itu, tanaman yang berbunga merah disimbolkan dengan Aabb atau
AAbb, sedangkan tanaman yang berbunga putih disimbolkan dengan aaBB atau aabb.
Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa bunga
merah memiliki antosianin di mana dalam lingkungan plasma sel bersifat asam. Sedangkan
bunga putih tidak memiliki antosianin di mana lingkungan plasma sel bersifat
basa.
3. Polimeri
Polimeri merupakan bentuk interaksi gen yang
bersifat kumulatif (saling menambah). Gen yang menumbuhkan suatu karakter
polimeri biasanya lebih dari dua, sehingga disebut karakter gen ganda. Polimeri
pertama kali dikemukakan oleh H. Nilson
Ehle pada tahun 1813 di Swedia dalam percobaannya dengan menyilangkan Triticum
vulgare berbiji merah homozigot dengan Triticum vulgare berbiji
putih homozigot, menghasilkan keturunan F1 dengan biji berwarna merah muda.
Persilangan sesama F1 menghasilkan keturunan F2 yang terdiri atas Triticum
vulgare berwarna merah beraneka ragam dan putih dalam perbandingan 15 : 1.Perlu
diketahui bahwa gen M1 dan M2
menyebabkan warna biji merah dan gen m1 dan m2 menyebabkan warna biji putih.
4. Epistasis
dan hipostasis
Epistasis dan hipostasis merupakan salah satu bentuk
interaksi gen dalam hal ini gen dominan mengalahkan gen dominan lainnya yang
bukan sealel. Gen dominan yang menutupi ekspresi gen dominan lainnya disebut epistasis, sedangkan gen dominan yang
tertutup itu disebut hipostasis.
Peristiwa epistasis dan hipostasis terjadi pada warna umbi lapis pada bawang (Allium sp.), warna kulit gandum, warna
bulu ayam, warna rambut mencit, dan warna mata pada manusia. Peristiwa
epistasis dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Epistasis
dominan
Pada
epistasis dominan terdapat satu gen dominan yang bersifat epistasis. Misalnya
warna umbi lapis pada bawang (Allium sp.). A merupakan gen untuk umbi merah dan
B merupakan gen untuk umbi kuning. Gen merah dan kuning dominan terhadap putih.
Perkawinan antara tanaman bawang berumbi lapis kuning homozigot dengan yang
merah homozigot menghasilkan tanaman F1 yang berumbi lapis merah. Keturunan F2
terdiri atas 16 kombinasi dengan perbandingan
merah :
kuning :
putih
atau 12 : 3 : 1. Perbandingan itu terlihat menyimpang dari hukum Mendel, tetapi
ternyata tidak. Perbandingan 9 : 3 : 3 : 1 untuk keturunan perkawinan dihibrid
hanya mengalami modifikasi saja, yaitu 9 : 3 : 3 : 1 menjadi 12 : 3 : 1.
b. Epistasis
resesif
Pada
peristiwa epistasis resesif terdapat suatu gen resesif yang bersifat epistasis
terhadap gen dominan yang bukan alelnya (pasangannya). Gen resesif tersebut
harus dalam keadaan homozigot, contohnya pada pewarisan warna rambut tikus. Gen
A menentukan warna hitam, gen a menentukan warna abu-abu, gen C menentukan
enzim yang menyebabkan timbulnya warna dan gen c yang menentukan enzim
penghambat munculnya warna. Gen C bersifat epistasis. Jadi, tikus yang berwarna
hitam memiliki gen C dan A.
c. Epistasis
dominan dan resesif
Epistasis
dominan dan resesif (inhibiting gen) merupakan penyimpangan semu yang terjadi
karena terdapat dua gen dominan yang jika dalam keadaan bersama akan menghambat
pengaruh salah satu gen dominan tersebut. Peristiwa ini mengakibatkan perbandingan
fenotip F2 = 13 : 3. Contohnya ayam leghorn putih mempunyai fenotip IICC
dikawinkan dengan ayam white silkre berwarna putih yang mempunyai genotip iicc.
E.
Pola-Pola
Hereditas
1. Determinasi
seks (penentuan jenis kelamin)
a. Tipe
XY
Tipe
penentuan seks ini dapat dijumpai pada lalat buah, manusia, tumbuh-tumbuhan
berumah dua, dan pada hewan menyusui. Pada nukleus lalat buah
terdapat 8 buah kromosom (4 pasang) yang terdiri dari 3 pasang kromosom tubuh
(autosom) dan 1 pasang kromosom seks. Kromosom seks pada lalat betina mempunyai
2 kromosom X (bentuknya batang lurus), sedangkan pada lalat jantan terdiri dari
kromosom X dan kromosom Y (lebih pendek dari kromosom X dan salah satu ujungnya
membengkok). Formula kromosom lalat buah betina adalah 8XX (3 pasang kromosom atau
6 buah autosom + 1 pasang kromosom X), sedangkan lalat buah jantan adalah 8XY
(3 pasang kromosom autosom + 1 kromosom X + 1 kromosom Y).
Jumlah
kromosom pada manusia adalah 46 buah (23 pasang). Pada wanita, terdapat 22
pasang autosom dan 1 pasang kromosom X (46XX), sedangkan pada laki-laki
terdapat 22 pasang autosom, 1 kromosom X, dan 1 kromosom Y (46XY). Pada
gametogenesis, dihasilkan ovum (sel telur) haploid sehingga mengandung 22
autosom(11 pasang) dan 1 kromosom X. Pada spermatogenesis dihasilkan spermatozoa
yang mengandung 22 autosom dan 1 kromosom X sertaspermatozoa yang mengandung 22
autosom dan 1 kromosom Y.
b. Tipe
XO
Tipe
XO ini dijumpai pada serangga seperti belalang (Ordo Orthoptera) dan kepik
(Ordo Hemiptera). Pada belalang tidak dijumpai adanya kromosom Y sehingga hanya
mempunyai kromosom X saja. Oleh karena itu, belalang jantan bertipe XO dan
belalang betina bertipe XX (mempunyai sepasang kromosom X).
c. Tipe
ZW
Tipe
ini dijumpai pada serangga (kupu-kupu), beberapa jenis ikan dan reptil. Berbeda
dengan tipe seks pada manusia dan lalat buah yang homogametik (terdiri dari kromosom kelamin yang sama) pada betina atau
wanita, tipe seks ZW pada betina bersifat heterogametik (terdiri dari kromosom kelamin yang berbeda). Agar
tidak terjadi kekeliruan dengan tipe penentuan kelamin XY, maka digunakan Z dan
W. Oleh karena itu, yang betina mempunyai tipe ZW (atau XY) dan yang jantan mempunyai
tipe ZZ (atau XX).
d. Tipe
ZO
Tipe
ZO dijumpai pada unggas seperti ayam dan itik. Unggas betina juga bersifat
heterogametik, yaitu hanya mempunyai satu kromosom X saja, sehingga tipenya
adalah ZO atau XO. Unggas jantan bersifat homogametik, sehingga tipenya adalah
ZZ atau XX.
2. Gagal
Berpisah ( non-disjunction)
Pada saat pembentukan gamet (pembelahan meiosis), kromosom
dapat mengalami gagal berpisah sehingga jumlah kromosom menjadi berubah.
Kromosom dapat gagal berpisah dengan kromosom homolognya pada saat meiosis I.
Selain itu, kromatid dalam satu kromosom juga dapat gagal berpisah pada saat
meiosis II.
Gagal
berpisah dapat mengakibatkan gamet atau individu yang baru lahir mempunyai
kelainan jumlah kromosom. Contoh akibat gagal berpisah adalah aneuploidi dan
poliploidi.Aneuploidi adalah individu yang memiliki kekurangan atau kelebihan
satu kromosom dari kromosom tetuanya. Aneuploidi mengakibatkan perubahan
fenotip pada individu, misalnya individu yang mempunyai kromosom monosomi (2n –
1) atau trisomi (2n + 1). Sedangkan, poliploidi adalah individu yang mempunyai
kelipatan jumlah kromosom tetuanya. Poliploidi misalnya gamet diploid bertemu
dengan gamet haploid menjadi triploid (3n), atau dua gamet diploid bersatu
membentuk individu tetraploid.
Hal-hal apa
sajakah yang menyebabkan gagal berpisah? Gagal berpisah tersebut kemungkinan
dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
a. Adanya
virus atau kerusakan akibat radiasi. Pengaruh ini akan mudah terlihat pada
wanita yang telah berumur tua.
b. Kandungan
antibodi tiroid yang tinggi
c. Sel
telur dalam saluran telur yang tidak segera dibuahi akan mengalami kemunduran. Oleh karena itu, risiko
melahirkan anak yang cacat akan dialami oleh wanita berumur lebih dari 25
tahun.
3. Pautan
gen (gen linkage)
Pautan gen merupakan salah satu penyimpangan
terhadap hukum Mendel. Pada peristiwa ini, dua gen atau lebih terletak pada
satu kromosom dan tidak dapat memisahkan diri secara bebas. Hal ini terjadi
karena gen-gen yang mengendalikan dua sifat beda terletak pada kromosom yang
sama dengan letak lokus yang berdekatan.
Contoh peristiwa pautan terdapat pada Drosophila melanogaster, yang dilaporkan
pertama kali oleh T.H. Morgan. Drosophila melanogaster memiliki empat
pasang kromosom dalam inti selnya dan memiliki banyak gen yang semua berada pada
kromosom sehingga tiap kromosom mengandung banyak gen. Fakta menjelaskan bahwa
faktor pembawa sifat panjang sayap dan lebar abdomen terletak pada kromosom
yang sama dan diturunkan bersama-sama. Dengan perkataan lain, gen yang mengatur
ukuran panjang sayap bertaut dengan gen yang mengatur ukuran lebar abdomen.
4. Pindah
silang (crossing over)
Pindah silang adalah pertukaran segmen antara dua kromosom
homolog. Peristiwa ini berlangsung pada saat kromosom homolog berpasangan dalam
profase I meiosis, yaitu pada saat pakiten. Pakiten merupakan saat seluruh
bagian kromosom berpasangan pada jarak yang paling dekat. Titik kontak dari
kromosom-kromosom yang bersentuhan dinamakan kiasma. Pindah silang akan
menghasilkan kromosom rekombinan yang merupakan hasil penyeberangan
fragmen-fragmen kromosom ke kromosom homolog tetangganya. Pautan gen dapat dipisahkan
oleh peristiwa pindah silang pada semua titik sepanjang kromosom.
F.
Hereditas
Pada Manusia
Telah diketahui
bersama bahwa manusia satu dengan manusia lainnya di dunia ini tentunya tidak
ada yang sama persis (benar-benar identik). Penyebabnya ialah adanya materi
genetik yang mempunyai sifat-sifat berbeda antarindividu. Dalam ilmu tentang
materi genetik (genetika), telah banyak dipelajari tentang peristiwa penurunan sifat,
baik pada tumbuhan, hewan, maupun manusia. Di antara objek yang dipelajari dalam
genetika tersebut, genetika manusia paling lambat perkembangannya dibandingkan
pada hewan dan tumbuhan. Beberapa hambatan yang menyebabkan lambatnya
perkembangan tersebut, antara lain: sulitnya mencari objek (manusia) untuk
penelitian, sulitnya mengarahkan manusia dalam mencapai tujuan atau keinginan peneliti,
sulitnya mengamati perkembangan sifat manusia yang mengarah pada tujuan
peneliti, keturunan manusia yang relatif lebih sedikit dibandingkan hewan dan
tumbuhan karena umur atau siklus hidup manusia lebih panjang, serta lingkungan
manusia yang tidak mudah bahkan tidak dapat dikontrol.
Setelah kita mengetahui adanya beberapa hambatan
dalam perkembangan genetika manusia, bagaimanakah cara yang dilakukan untuk
mengatasi hambatan tersebut? Cara-cara untuk mengatasi masalah tersebut dapat
dilakukan dengan membuat peta silsilah keluarga atau keturunan (pedegree chart) dan menerapkan hasil
percobaan hewan pada manusia. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan
mempelajari adanya fenomena-fenomena pada manusia seperti munculnya anak kembar
hasil perkawinan. Kita tentunya pasti
telah mengetahui hal apa saja yang diwariskan pada manusia, bukan? Ya,
sifat-sifat pada manusia yang dapat diwariskan meliputi: jenis kelamin,
kelainan atau cacat menurun, dan golongan darah. Selain itu, ada juga ekspresi
gen-gen (genotip) yang ditentukan oleh jenis kelamin. Peristiwa pembentukan
jenis kelamin pada manusia telah dibahas sebelumnya. Oleh karena itu, pada
uraian berikut akan kalian pelajari tentang tiga hal yang diwariskan pada
manusia.
1. Kelainan
atau cacat menurun
a. Kelainan
oleh alel resesif dan dominan autosomal. Kelainan ini diturunkan dari kromosom
sel-sel diploid tubuh. Kelainan ini dapat ditentukan oleh gen dominan atau
resesif pada autosom tersebut.Oleh karena itu, kelainan ini dapat diturunkan
pada keturunan pria atau wanita. Beberapa contoh kelainan yang terpaut pada
autosom manusia adalah sebagai berikut:
ü Albinisma
( Albino). Kelainan ini terjadi karena tubuh seseorang tidak mempunyai gen yang
mampu membentuk enzim untuk mengubah tirosin menjadi pigmen melanin (pembentuk
warna kulit). Gen tersebut adalah gen dominan A. Oleh karena itu, orang yang
normal akan mempunyai genotip AA atau Aa dan orang albino tidak mempunyai gen A
atau mempunyai genotip aa (resesif homozigot).Penderita albino mempunyai
ciri-ciri yaitu seluruh bagian tubuhnya tidak berpigmen. Kulit badan dan
matanya berwarna merah jambu karena warna darah menembus kulit. Oleh karena
itu, matanya sangat sensitif terhadap cahaya. Pada perkawinan dua orang yang
normal, heterozigot dapat menghasilkan keturunan albino. Hal ini disebabkan
kedua orang tuanya mempunyai gen resesif yang akan bergabung membentuk gen
resesif homozigot (aa). Orang tua yang terlihat normal tetapi dapat menurunkan albino
kepada anaknya ini disebut “carrier”.
Contoh kasus: Seorang laki-laki normal heterozigot menikah dengan seorang
wanita normal heterozigot pula. Adakah keturunannya yang menderita albino?
Jawab: P : ♂
Aa x ♀ Aa
Gamet : A a x A
a
F :
♂
♀
|
A
|
A
|
A
|
AA
|
Aa
|
A
|
Aa
|
Aa
|
Dari persilangan
tersebut didapatkan: 1 AA : normal (25%)
2 Aa : normal heterozigot(50%)
1 aa : albino (25%)
Jadi, keturunannya
ada yang menderita albino sebanyak25%.
ü Gangguan
mental. Salah satu contoh bentuk gangguan mental adalah idiot, yang ditentukan
oleh gen resesif homozigot (gg) seperti pada albino. Anak idiot umumnya
diturunkan dari kedua orang tua yang normal heterozigot (Gg). Penderita ini
mempunyai ciri-ciri, antara lain: wajahnya menunjukkan kebodohan, reflek (daya
responnya) lambat, kulit dan rambutnya kekurangan pigmen, umumnya tidak berumur
panjang, steril (tidak mampu menghasilkan keturunan atau mandul), dan jika
urinnya ditetesi larutan fenil oksida 5% akan berwarna hijau kebiruan karena
terdapatnya senyawa derivat fenil ketourinarin (FKU). Senyawa ini tidak
ditemukan pada orang normal. Adanya senyawa FKU ini disebabkan tidak adanya
enzim pengubah asam amino fenilalanin menjadi tirosin. Untuk lebih jelasnya,
perhatikan diagram persilangan berikut :
P fenotipe
: ♂ normal heterozigot x ♀ normal heterozigot
Genotipe
: Aa Aa
Gamet : A , a A , a
F1 :
♂
♀
|
A
|
A
|
A
|
AA
|
Aa
|
A
|
Aa
|
Aa
|
Perbandingan F1
:
1 AA :
Normal ( 25%)
2 Aa : normal heterozigot atau Carier FKU ( 50%)
1 aa
: gangguan mental FKU (25%)
ü Brachydactily.
Adalah keadaan seseorang yang mempunyai jari-jari pendek atau tidak normal. Hal
ini terjadi karena pendeknya tulang-tulang pada ujung jari dan tumbuh menjadi
satu. Kelainan ini disebabkan oleh gen dominan B. Orang yang menderita penyakit
brachydactily mempunyai genotip heterozigot (Bb) sedangkan orang yang normal
akan mempunyai genotip homozigot resesif (bb). Genotip homozigot dominan (BB)
menyebabkan individu mengalami kematian (letal). Untuk lebih jelasnya
Perhatikan diagram persilangan berikut:
P :
Fenotip : ♂ brachydactily x ♀ brachydactily
Genotip : Bb x Bb
Gamet :
B b B b
F1 :
♂
♀
|
B
|
B
|
B
|
BB
|
Bb
|
B
|
Bb
|
Bb
|
Dari
persilangan tersebut didapatkan : 1 BB :
letal (25%)
2
Bb : brachydactily (50%)
1
bb : normal (25%)
ü Diabetes
Mellitus. Diabetes mellitus adalah terbuangnya glukosa bersama urine
karena terjadi gangguan fungsi insulin yang dihasilkan oleh pulau Langerhans
pada pankreas. Seperempat dari penderita diabetes mellitus ternyata
diakibatkan faktor genetis dan tiga perempat yang lainnya karena faktor
makanan. Penyakit ini dikendalikan oleh gen resesif homozigot (dd).
ü Cystinuria
(sistinuria). Adalah keadaan seseorang
yang mempunyai kelebihan asam amino sistein yang sukar larut, diekskresikan dan
ditimbun menjadi batu ginjal. Kelainan ini disebabkan oleh adanya gen dominan homozigot
(CC).
ü Polydactily
. Selain ada brakhidaktili, ada juga polidaktili, yaitu keadaan seseorang yang
mempunyai kelebihan (tambahan) jari pada tangan atau kaki. Jadi jumlah jari
kaki atau tangannya lebih dari lima. Polidaktili disebabkan oleh adanya gen
dominan homozigot (PP). Karena itu, genotip orang normal adalah Pp atau pp.
b. Kelainan
oleh alel resesif pada gonosom X. Alel resesif atau dominan pada kromosom X
juga dapat menentukan terjadinya kelainan pada individu keturunan manusia. Pada
manusia, telah dikenal lebih dari 150 sifat keturunan yang kemungkinan
disebabkan oleh gen-gen tertaut kromosom X. Beberapa kelainan, terutama akibat
alel resesif pada kromosom X tersebut adalah:
ü Buta
Warna. Buta warna dibedakan menjadi 2 tipe. Yang pertama adalah tipe protan, yaitu apabila tidak dapat
membedakan warna hijau karena bagian mata yang sensitif terhadap warna hijau
tersebut rusak. Kedua adalah tipe deutan,
yaitu apabila yang rusak adalah bagian mata yang sensitif terhadap warna merah.
Tipe deutan ini paling sering terjadi. Buta warna disebabkab oleh gen resesif c
(colour blind) pada kromosom X. Gen ini tidak dijumpai pada kromosom Y.
Oleh karena itu, wanita dapat mempunyai genotip CC (normal homozigot), Cc
(normal heterozigot), atau cc (buta warna). Sementara itu, pria hanya dapat
mempunyai gen C (normal) atau c (buta warna) saja. Untuk lebih jelasnya,
perhatikan diagram persilangan berikut :
P fenotipe
: ♀ normal heterozigot x
♂ normal
Genotipe
: XCXc XCY
Gamet : XC ,Xc XC , Y
F1 :
♂
♀
|
XC
|
Y
|
XC
|
XCXC
|
XCY
|
Xc
|
XCXc
|
XcY
|
Perbandingan F1
:
1 XCXC : Wanita Normal ( 25%)
1 XCY : Pria
normal ( 25%)
1 XCXc :
Wanita carier (25%)
1 XcY : Pria buta
warna (25%)
ü Anodontia.
merupakan kelainan pada seseorang yang tidak mempunyai benih gigi pada
rahangnya, sehingga gigi tidak dapat tumbuh selamanya. Kelainan ini banyak
ditemukan pada pria. Menurut para ahli, penderita anodontia juga menunjukkan
ciri seperti berambut jarang dan susah berkeringat. Gen resesif penyebab
anodontia adalah a, sehingga pewarisan sifatnya juga seperti pada buta warna.
ü Hemofilia.
Sebelum ditemukan, penyakit hemofilia mula-mula dikenal di negara-negara Arab.
Pada waktu itu, seorang anak mengalami pendarahan akibat dikhitan (disunat).
Sementara itu, putera mahkota Alfonso dari Spanyol juga meninggal akibat
pendarahan karena kecelakaan. Selanjutnya, penelitian mendalam tentang hemofilia
juga dilakukan pada anggota kerajaan Inggris. Ratu Victoria adalah orang yang
dikenal pertama kali sebagai carrier hemofilia yaitu mempunyai genotip
heterozigotik (Suryo, 2005). Gen penentu hemofilia adalah gen resesif h. Berbeda
dengan buta warna dan anodontia, genotip resesif homozigot pada hemofilia
bersifat letal. Hemofilia merupakan suatu penyakit keturunan, dengan ciri
sullitnya darah membeku saat terjadi luka. Waktu yang diperlukan oleh seorang
penderita hemofilia untuk pembekuan darah adalah 50 menit hingga 2 jam,
sehingga akan menyebabkan perdarahan bahkan kematian. Sementara itu, orang yang
normal hanya memerlukan waktu 5-7 menit untuk pembekuan darah.
P
fenotipe : ♀
normal heterozigot x ♂ normal
Genotipe
: XhX XY
Gamet : Xh , X X , Y
F1 :
♂
♀
|
X
|
Y
|
Xh
|
XhX
|
XhY
|
X
|
XX
|
XY
|
Perbandingan F1
:
1 XX :
Wanita Normal ( 25%)
1 XY :
Pria normal ( 25%)
1 XhX :
Wanita carier (25%)
1 XhY : Pria hemofilia
(25%)
c. Kelainan
oleh alel resesif pada gonosom Y
Karena yang mempunyai kromosom Y hanya pria,
maka kelainan ini hanya dialami oleh pria saja. Agar lebih mudah dalam
mempelajari kelainan oleh alel resesif pada gonosom Y, perhatikan tabel
berikut:
Kelainan
|
Alel
resesif
|
Ciri-ciri
|
Keterangan
|
Hypertrichosis
|
H
|
Rambut
tumbuh pada bagian-bagian tertentu di tepi daun telinga.
|
Sering
dijumpai di India dan Pakistan
|
Hystrixgravier
|
Hg
|
Rambut
tumbuh panjang dan kaku di permukaan tubuh menyerupai duri landak.
|
Pada
abad ke-18, penderita (disebut Porcupineman) ini pernah ditemukan. Namun,
Penrose dan
stern
(1958) tidak begitu yakin jika kelainan ini tertaut kromosom Y.
|
Webtoes
|
wt
|
Kulit
tumbuh diantara jari-jari (terutama kaki)
|
Kaki
atau tangan yang berselaput ini menyerupai kaki katak atau burung air.
|
d.
Kelainan oleh
aberasi jumlah dan struktur kromosom autosom.
Selain disebabkan oleh adanya gen dominan atau
resesif, kelainan dapat disebabkan oleh adanya aberasi atau perubahan jumlah
dan struktur kromosom. Aberasi kromosom serta kelainan-kelainannya akan kalian
pelajari lebih lanjut pada pada Mutasi.
2. Golongan darah
Penelitian mengenai
penggolongan darah diawali oleh Dr. Karl Landsteiner pada tahun 1901. Dari
hasil penelitiannya, diketahui bahwa di dalam sel darah merah (eritrosit)
terdapat suatu substansi asing yaitu antigen yang akan bereaksi dengan
substansi pada plasma darah yaitu antibodi (zat anti). Selanjutnya,
penggolongan darah pada manusia ini didasarkan pada antigen (aglutinogen) yang
terdapat di dalam eritrosit. Pada materi ini akan dipelajari 3 sistem
penggolongan darah, yaitu sistem ABO, sistem MN, dan sistem Rhesus.
a.
Sistem ABO
Pewarisan golongan darah ini ditentukan oleh adanya alel ganda (beberapa
alel atau seri alel yang terdapat dalam satu lokus yang sama). Simbol untuk
alel tersebut adalah I (berasal dari kata isoaglutinin, merupakan
protein pada permukaan sel eritrosit). Orang yang mampu membentuk aglutinogen A
akan mempunyai alel IA, yang mampu membentuk aglutinogen B mempunyai alel IB,
dan yang mampu membentuk aglutinogen A dan B mempunyai alel IA dan IB.
Sementara itu, orang yang tidak mampu membentuk aglutinogen A dan B mempunyai alel
resesif i. Golongan darah ditentukan oleh adanya interaksi alel-alel tersebut.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh
berikut ini. Seorang laki-laki bergolongan darah A heterozigot menikah
dengan seorang wanita B heterozigot.Bagaimanakah golongan darah keturunannya?
P fenotipe
: ♂ golda A heterozigot x
♀golda B heterozigot
Genotipe : IAIO IBIO
Gamet : IA , IO IB , IO
F1 :
♂
♀
|
IA
|
IO
|
IB
|
IAIB
|
IBIO
|
IO
|
IAIO
|
IOIO
|
Perbandingan F1
:
1 IAIB
: golda AB ( 25%)
1 IBIO : golda B heterozigot( 25%)
1 IAIO :
golda A heterozigot (25%)
1 IOIO :
golda O (25%)
b.
Sistem MN
Penggolongan sistem ini ditemukan oleh Landsteiner
dan Lavine, didasarkan pada ada tidaknya antigen M dan N. Jika pada
penggolongan darah A, B, AB, dan O terdapat antibodi dalam darah seseorang, maka
pada golongan darah ini darah seseorang tidak mengandung antibodi M atau N.
Oleh karena itu, untuk menguji apakah seseorang mempunyai antingen M atau N
atau keduanya digunakan antibodi dari kucing. Dengan tidak adanya antingen M
atau N dalam darah manusia, maka penggolongan darah dengan sistem ini tidak
berpengaruh atau tidak berperan dalam transfusi darah.
c.
Sistem
Rhesus (Rh)
Penemuan sistem ini sejak tahun 1940 oleh
Landsteiner dan Wiener. Berdasarkan ada tidaknya faktor Rh (Rhesus) dalam
eritrosit, golongan darah pada manusia dibedakan menjadi Rh+, yaitu jika
mempunyai antigen Rh dan golongan darah Rh -, jika tidak mempunyai antigen Rh.
Transfusi atau pencampuran darah dengan sistem Rh berbeda dapat menyebabkan
terjadinya penggumpalan akibat ketidaksesuaian Rh yang disebut incompatibilitas
rhesus. Pada perkawinan antara pria Rh+ homozigot (IRhIRh)
dengan wanita Rh– homozigot (Irh Irh), semua anak yang
dilahirkan akan mempunyai Rh+. Fetus dalam tubuh ibu akan menerima zat makanan
atau menerima pertukaran gas dan air melalui saluran penghubung yang disebut
plasenta. Nah, jika seorang ibu Rh- mengandung bayi Rh+ maka setelah bayi
lahir, eritrosit-eritrosit bayi yang mengandung antigen Rh masuk dalam aliran
darah ibu. Dengan demikian, darah ibu akan membentuk antibodi. Bayi pertama
yang dilahirkan akan selamat.
Pada kehamilan berikutnya tentu dihasilkan anak Rh+ lagi, bukan? Karena
ibu telah mempunyai anti-Rh, maka akan beraglutinasi dengan antigen Rh pada
bayi yang dikandungnya. Akibatnya, eritrosit bayi akan rusak dan mengalami
kelebihan zat bilirubin yang akan masuk ke dalam sirkulasi darah ibu. Kelebihan
dan penimbunan bilirubin tersebut menyebabkan penyakit kuning, ditandai dengan
kulit bayi yang kuning, tubuh menggembung oleh cairan, hati dan limfa
membengkak, dalam darah banyak eritrosit yang belum masak (eritroblas), serta
otaknya rusak. Penyakit inilah yang disebut eritroblastosis fetalis. Pada
umumnya, bayi penderita penyakit tersebut akan mati sejak lahir atau hidup
beberapa saat saja. Perhatikan contoh persilangan berikut. Seorang laki-laki
Rh+ heterozigot menikah dengan seorang wanita Rh- homozigot. Bagaimanakah
golongan darah rhesus pada keturunannya?
P Fenotipe
: ♂ Rh+ heterozigot x
♀Rh- homozigot
Genotipe : IRhIrh IrhIrh
Gamet : IRh , Irh Irh , Irh
F1 :
♂
♀
|
IRh
|
Irh
|
Irh
|
IRhIrh
|
IrhIrh
|
Irh
|
IRhIrh
|
IrhIrh
|
Perbandingan F1
:
2 IRhIrh : Rh + heterozigot ( 50%)
2 IrhIrh : Rh – homozigot ( 50%)
3.
Gen yang
ekspresinya dipengaruhi oleh jenis kelamin
Pewarisan sifat pada
manusia dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin individu. Artinya, ekspresi
gen-gen autosomal penentu sifat pada keturunan tersebut dipengaruhi oleh jenis
kelamin keturunan yang dihasilkan. Sifat tersebut dapat tampak pada kedua seks,
tetapi ekspresinya akan lebih besar pada salah satu seks tersebut. Beberapa
ekspresi
gen tersebut antara lain:
a.
Kepala botak
Sebelum diketahui adanya ekspresi gen yang
dipengaruhi oleh seks, semula kepala botak merupakan gen terangkai kelamin.
Namun, pada kenyataannya anak pria kepala botak diturunkan langsung dari ayahnya
(hal ini tidak akan terjadi jika gen tersebut terangkai kromosom X). Demikian
juga, jika gen tersebut terangkai kromosom Y maka tidak pernah diturunkan pada
wanita. Kenyataannya, ada pula wanita yang berkepala botak meskipun sangat jarang
dijumpai. Jika gen B penentu kepala botak dan gen b penentu rambut normal, maka
dengan adanya pengaruh jenis kelamin,ekspresi gen tersebut terjadi sedemikian
rupa.Perhatika tabel berikut:
Genotip
|
Pria
|
Wanita
|
BB
|
botak
|
Botak
|
Bb
|
botak
|
Tidak botak
|
Bb
|
Tidak botak
|
Tidak botak
|
b.
Jari telunjuk
yang panjang
Pada umumnya, setiap orang mempunyai jari telunjuk yang lebih pendek
(normal) daripada jari manis. Gen penentu jari telunjuk pendek adalah gen T,
sedangkan penentu jari telunjuk panjang adalah gen t. Namun, ekspresinya
dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Genotip
|
Pria
|
wanita
|
TT
|
Telunjuk
pendek
|
Telunjuk
pendek
|
Tt
|
Telunjuk
pendek
|
Telunjuk
panjang
|
Tt
|
Telunjuk
panjang
|
Telunjuk
panjang
|
G.
Upaya
Menghindari Kelainan Menurun
Pada umumnya, gen yang menyebabkan kelainan menurun
pada manusia sulit untuk dilacak. Oleh karena itu agar pewarisan sifat tersebut
dapat dilacak serta dihindari, perlu dilakukan upaya melalui:
1. Eugenetika
Yaitu upaya perbaikan sosial yang meliputi penerapan
(implementasi) hukum-hukum pewarisan sifat, antara lain dengan:
a. Menghindari
perkawinan dengan keluarga dekat, karena dapat memungkinkan rekombinasi gen-gen
resesif yang umumnya menimbulkan ketidaknormalan.
b. Harus memahami hukum-hukum hereditas bagi
generasi muda.
c. Tidak
menikahkan orang-orang yang mengalami gangguan mental.seperti idiot, imbisil,
dan debil.
d. Dilakukan pemeriksaan kesehatan dan asal-usul
calon pasangan suami-istri. Akan tetapi, pasangan yang sudah menikah dapat melakukan
upaya untuk mengetahui lebih awal kondisi kandungannya. Hal ini dapat dilakukan
misalnya dengan amniosentesis. Amniosentesis
merupakan cara untuk mengetes kemungkinan adanya kelainan kromosom pada bayi
yang masih dikandung olehibu. Waktu yang paling baik untuk melakukan
amniosentesis ini adalah pada saat usia kehamilan mencapai 14-16 minggu.
e. Memelihara kesehatan fisik dan mental
f. Menggunakan peta silsilah. Peta silsilah dapat
menunjukkan keadaan atau sifat individu dalam keluarga besar (1 garis
keturunan), sehingga dapat dilacak adanya individu yang mewariskan sifat kepada
keturunannya.
2. Eutenika
Upaya eutenika dilakukan melalui pengelolaan
lingkungan seperti pendidikan, peningkatan gizi, perbaikan tempat tinggal, olahraga,
dan rekreasi.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gregor Johnn Mendel, merupakan orang yang pertama
kali mempelajari, mengamati serta
melakukan percobaan tentang pewarisan sifat, dengan menggunakan tanaman
kacang ercis ( Pisum sativum).Dari
percobaan tersebut dihasilkanlah hukum-hukum mendel yang merupakan dasar
didalam mempelajari tentang pewarisan sifat, baik pada manusia, hewan maupun
tumbuhan.
Pewarisan sifat pada manusia diwariskan melalui
kromosom autosomal dan gonosom. Baik secara dominan maupun resesif, homozigot
maupun heterozigot.
B. Saran
Hereditas
merupakan suatu bahan pelajaran penting yang patut kita pelajari dan mengerti.
Mengapa? karena didalam hereditas kita akan dapat memahami dan mengerti tentang bagaimana sifat dari induk itu bisa
diturunkan kepada anak, bagaimana suatu penyakit itu bisa menurun dari generasi
pertama kegenarasi berikutnya serta bagaimana cara menghindari penyakit menurun
yang tidak kita inginkan terjadi atau dialami oleh generasi kita selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Budiati,
Herni.2009.Biologi untuk SMA & MA Kelas XII, Jilid 3. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Ferdinand.P,
Fictor.,Ariebowo, Moekti.2009.Praktis belajar biologi3.Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Rachmawati,
Faidah.,Urifah, Nurul.,Wijayati, Ari.2009. Biologi untuk SMA/MA Kelas XII
Program IPA. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Rochmah,
Siti Nur.,Widayati, Sri.,Miah, Mazrikhatul.2009.Biologi SMA dan MA Kelas XII. Jakarta:
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Sudjino.
2009.Biologi kelas XII untuk SMA dan MA/Langkah Sembiring. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional.
W.Ferial,
Eddyman.2013.Biologi Reproduksi.Jakarta: Erlangga.
Borgata Hotel Casino & Spa Launches 'Live Music Experience'
BalasHapusBorgata 김해 출장샵 Hotel Casino 울산광역 출장샵 & Spa (formerly the Borgata 밀양 출장샵 Hotel Casino 당진 출장안마 & Spa) will offer live entertainment for fans of the Atlantic city's 오산 출장안마 premier